#my second life#

#my second life#

Senin, 16 Juni 2014

RESENSI FILM

                              
                              A man who was Superman

Kisah ini di angkat dari sebuah kisah nyata tentang seseorang yang akhirnya menemukan kembali identitas dan karakternya setelah beberapa tahun menganggap dirinya sebagai superman.
Superman adalah sosok superhero yang dapat menolong dan membantu siapa saja yang sedang berada dalam kesulitan. Dan karakter itu lah yang ingin dimunculkan oleh seseorang laki-laki  yang dahulu pernah mengalami trauma di masa lalunya. Hingga akhirnya dia gila dan menganggap dirinya adalah seorang superman. 
Dahulu laki-laki tersebut memiliki istri dan seorang anak. Mereka hidup bahagia. Suatu ketika mereka berencana akan pergi ke suatu tempat bersama-sama. Di tengah perjalanan, mobil yang mereka tumpangi menabrak sebuah truk hingga mobil mereka terbalik. Sang ayah berhasil selamat, namun istrinya sudah tidak bernyawa lagi, dan sang anak dalam keadaan sekarat masih terjebak di dalam mobil dan tidak dapat keluar dari mobil. Sambil merintih anak itu berkata pada ayahnya, “ayah akan menjadi superman kan? Lalu ayah menolongku? Ayah janji akan menyelamatkan ku jika aku hitung sampai 100? “sementara si anak mulai menghitung, si ayah pergi mencari bantuan. Dan di saat itu tiba-tiba mobil meledak dan sang ayah tidak dapat menyelamatkan keluarga yang dicintainya.
Jadi menjadi superman adalah salah satu bentuk penyesalan dan rasa bersalahnya karena tidak berhasil menyelamatkan keluarganya. Hingga pada suatu saat, ada seorang perempuan yang ingin menjadikan kisah laki-laki superman itu menjadi sebuah film. Dengan segala cara, perempuan tersebut mencoba masuk ke dalam lingkungan laki-laki itu dan berusaha untuk menjadi teman dari laki-laki tersebut.
Seiring berjalannya waktu, perempuan itu menemukan sebuah kertas yang berisi hasil laboraturium. Dalam kertas itu, tertulis bahwa laki-laki tersebut menderita gangguan kejiwaan. Gangguan jiwa yang dialami oleh laki-laki tersebut adalah epilepsi. Pihak rumah sakit berusaha menyembuhkan penyakit jiwa yang dialami laki-laki tersebut. Selama 27 tahun, Laki-laki tersebut hidup dalam bayangan halusinasinya. Dia mengibaratkan bahwa dirinya adalah seorang superman, yang selalu siap membantu siapa pun yang membutuhkan pertolongannya. Menurut laki-laki tersebut ‘kita tidak akan pernah membantu orang lain, jika kita tidak mencoba membantu orang lain’.

Setelah  sembuh dan mengingat kembali semuanya justru laki-laki tersebut jarang sekali terlihat tersenyum seperti ketika ia menjadi superman. Walaupun kondisinya seperti itu, keinginan untuk tetap membantu orang lain selalu ia hadirkan dimana pun ia berada.   

Tulisan ini di buat dalam rangka memenuhi tugas di sekolah alam jingga. . semoga bermanfaat ^^


Tidak ada komentar:

Posting Komentar