A man who was Superman
Kisah ini di
angkat dari sebuah kisah nyata tentang seseorang yang akhirnya menemukan
kembali identitas dan karakternya setelah beberapa tahun menganggap dirinya sebagai
superman.
Superman
adalah sosok superhero yang dapat menolong dan membantu siapa saja yang sedang
berada dalam kesulitan. Dan karakter itu lah yang ingin dimunculkan oleh
seseorang laki-laki yang dahulu pernah
mengalami trauma di masa lalunya. Hingga akhirnya dia gila dan menganggap
dirinya adalah seorang superman.
Dahulu
laki-laki tersebut memiliki istri dan seorang anak. Mereka hidup bahagia. Suatu
ketika mereka berencana akan pergi ke suatu tempat bersama-sama. Di tengah
perjalanan, mobil yang mereka tumpangi menabrak sebuah truk hingga mobil mereka
terbalik. Sang ayah berhasil selamat, namun istrinya sudah tidak bernyawa lagi,
dan sang anak dalam keadaan sekarat masih terjebak di dalam mobil dan tidak
dapat keluar dari mobil. Sambil merintih anak itu berkata pada ayahnya, “ayah
akan menjadi superman kan? Lalu ayah menolongku? Ayah janji akan menyelamatkan
ku jika aku hitung sampai 100? “sementara si anak mulai menghitung, si ayah
pergi mencari bantuan. Dan di saat itu tiba-tiba mobil meledak dan sang ayah
tidak dapat menyelamatkan keluarga yang dicintainya.
Jadi menjadi
superman adalah salah satu bentuk penyesalan dan rasa bersalahnya karena tidak
berhasil menyelamatkan keluarganya. Hingga pada suatu saat, ada seorang
perempuan yang ingin menjadikan kisah laki-laki superman itu menjadi sebuah
film. Dengan segala cara, perempuan tersebut mencoba masuk ke dalam lingkungan
laki-laki itu dan berusaha untuk menjadi teman dari laki-laki tersebut.
Seiring berjalannya
waktu, perempuan itu menemukan sebuah kertas yang berisi hasil laboraturium.
Dalam kertas itu, tertulis bahwa laki-laki tersebut menderita gangguan
kejiwaan. Gangguan jiwa yang dialami oleh laki-laki tersebut adalah epilepsi. Pihak
rumah sakit berusaha menyembuhkan penyakit jiwa yang dialami laki-laki
tersebut. Selama 27 tahun, Laki-laki tersebut hidup dalam bayangan
halusinasinya. Dia mengibaratkan bahwa dirinya adalah seorang superman, yang
selalu siap membantu siapa pun yang membutuhkan pertolongannya. Menurut
laki-laki tersebut ‘kita tidak akan pernah membantu orang lain, jika kita
tidak mencoba membantu orang lain’.
Setelah sembuh dan mengingat kembali semuanya justru
laki-laki tersebut jarang sekali terlihat tersenyum seperti ketika ia menjadi
superman. Walaupun kondisinya seperti itu, keinginan untuk tetap membantu orang
lain selalu ia hadirkan dimana pun ia berada.
Tulisan ini di buat dalam rangka memenuhi tugas di sekolah alam jingga. . semoga bermanfaat ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar